ISLAMDIGEST.CO.ID, JAKARTA--Rasulullah Saw adalah manusia paling sempurna di muka bumi ini. Ada banyak teladan yang bisa dijadikan contoh oleh umatnya. Salah satunya inspirasi tentang kesetiaan teehadap orang yang berbuat baik.
Ahmad Muhammad al-Hufy dalam bukunya "Akhlak Nabi Muhammad Saw" menjelaskan tentang bagaimana kesetiaan Rasulullah Saw kepada mereka yang berbuat baik. Menurut Ahmad, Rasulullah selalu mengingat dan membalas kebaikan orang yang berbuat baik dan juga membalas kebaikannya dengan yang setimpal.
Muhammad bin Maslamah berkata: Suatu hari kami bersama Rasulullah. Beliau berkata kepada Hasan bin Tsabit, "Wahai Hasan, bacakan sebait sair Jahiliah, lalu Hasan membacakan sebuah kasidah Asya yang mencaci Alqamah bin Ulatsah.
عَلْقَمَةُ مَا أَنْتَ مِنْ عَامِرٍ النَّاقِصِ الْأَوْتَارِ وَالْوَاتِرِ
"Wahai Alqamah, engkau bukanlah tandingan Amir, maka yang sedikit menuntut balas dan yang yang banyak membunuh (karena keberaniannya)"
Maka Rasulullah berkata, "Hai Hasan, sesudah hari ini, jangan lagi membacakan syair semacam itu kepadaku." Hasan menjawab, "Wahai Rasulullah, apakah aku dilarang mempercakapkan seorang musyrik yang bermukim di tempat kaisar?" beliau menjawab, "Wahai Hasan, orang yang paling berterima kasih kepada manusia itulah orang yang paling berterima kasih kepada Allah. Sesungguhnya kaisar telah menanyakan teantang diriku kepada Abu Sufyan, lalu Abu Sufyan mengatakan yang tidak baik tentang diriku. Dan kaisar bertanya kepada Alqamah maka dia mengucapkan kata - kata yang baik, maka Rasulullah berterima kasih kepada Alqamah terhadap sikapnya baik itu."
Berbuat baik sejatinya diperintahkan oleh agama kepada siapapun. Bahkan kepada mereka yang berbuat jahat. Rasulullah Saw telah mencontohkan dari sikap dan ucapannya bagaimana memperlakukan dengan baik orang-orang yang mencelakainya. Itu adalah cerminan akhlak Rasulullah Saw.
Alquran pun telah memerintahkan manusia agar berbuat baik. Sebab kebaikan itu akan memberikan dampak positif kepada diri sendiri. Sebagaimana tertuang dalam Surah al-Isra' ayat 7 yang berbunyi:
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرًا
In aḥsantum aḥsantum li'anfusikum, wa in asa'tum fa lahā, fa iżā jā'a wa‘dul-ākhirati liyasū'ū wujūhakum wa liyadkhulal-masjida kamā dakhalūhu awwala marratiw wa liyutabbirū mā ‘alau tatbīrā(n).
Artinya: "Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila datang saat (kerusakan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai."