Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Fatamorgana Duniawi yang Memabukkan

Agama | Tuesday, 06 Feb 2024, 20:16 WIB
Sumber foto: Wikipedia

Kehidupan dunia memang selalu terlihat begitu indah dan menggiurkan bagi setiap insan. Harta yang berlimpah, tahta dan kekuasaan yang mewah, seolah dapat membuat kita merasa abadi dan tidak akan pernah mati. Kita seakan menjadi raja di atas segalanya, begitu berkuasa dan memiliki dunia. Namun ternyata semua itu hanyalah ilusi dan fatamorgana belaka. Fatamorgana duniawi yang memabukkan dan sesaat saja.

Kenyataannya, kehidupan dunia ini tidak kekal. Ia hanya bersifat sementara dan fana. Suatu saat, entah besok, lusa, atau puluhan tahun mendatang, kematian pasti akan menjemput tanpa pandang bulu. Saat itulah kita akan menyadari bahwa semua harta, tahta dan kekuasaan yang kita kejar tidak ada apa-apanya.

Kita semua pasti akan menghadapi kematian, meninggalkan segala kemewahan duniawi yang selama ini kita banggakan.
Banyak orang yang terlena dengan harta dan kekayaan duniawi. Mereka menganggap bahwa harta dan kekuasaan dapat membuat mereka hidup abadi layaknya raja yang berkuasa.

Namun mereka melupakan satu hal, bahwa kematian pasti akan datang menjemput tanpa pandang bulu. Tidak peduli seberapa banyak harta dan kekuasaan yang dimiliki, pada akhirnya semua itu harus ditinggalkan saat kematian tiba.

Ketika kematian datang menjemput, maka harta benda duniawi yang susah payah dikumpulkan harus ditinggalkan. Semua harta kekayaan itu akan jatuh ke tangan para ahli waris. Mereka yang dulu hidup berlimpah ruah dan berkuasa, kini harus pergi dengan tangan hampa. Tidak ada satupun yang dibawa mati kecuali amal ibadah.

Kehidupan dunia memang terlihat indah bagaikan fatamorgana di padang pasir. Namun pada hakikatnya kehidupan dunia ini hanyalah bersifat sementara. Suatu saat nanti, entah besok, lusa, atau puluhan tahun lagi, kematian pasti akan menjemput kita semua. Saat itulah kita sadar bahwa kehidupan dunia yang kita kejar selama ini ternyata tidak kekal.

Lantas apa yang sebaiknya kita lakukan? Tentu saja kita harus bijak dalam menjalani kehidupan duniawi ini. Kita tetap harus berusaha dan bekerja keras untuk mencapai kesuksesan duniawi. Namun jangan sampai kesuksesan duniawi itu membuat kita lupa akan kematian dan akhirat. Sebagai manusia yang beriman, kita juga harus menyiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.

Cara termudah untuk menyiapkan bekal akhirat adalah dengan rajin beribadah kepada Allah. Shalat lima waktu harus tetap ditunaikan meski disibukkan urusan duniawi. Selain itu, kita juga harus aktif bersedekah, berinfak, serta menolong sesama yang kesusahan. Dengan begitu, harta duniawi yang kita miliki dapat bermanfaat bagi orang banyak, dan kelak akan menjadi amal jariyah di akhirat.

Jadi, janganlah kita terlena dan larut dalam indahnya kehidupan duniawi. Sebab itu semua tidak kekal dan hanya bersifat sementara. Pada akhirnya, kita semua pasti akan dipanggil pulang oleh Sang Pencipta. Oleh karena itu, selain berikhtiar meraih kesuksesan di dunia, jangan lupa untuk menyiapkan bekal menuju kehidupan kekal di akhirat kelak. Dengan menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat, kita dapat menjalani kehidupan dengan bijaksana.

Mari kita renungkan realita duniawi ini. Nikmati segala karunia yang Tuhan berikan, namun jangan terlena dan alpa dengan kewajiban kita terhadap-Nya. Raihlah kesuksesan di dunia, namun jangan melupakan akhirat. Dengan keseimbangan itulah, kita dapat memaknai hidup dan menikmatinya dengan penuh kebijaksanaan. Marilah kita menjalani kehidupan dunia ini dengan penuh kebermaknaan demi meraih kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image